Pendidikan untuk Pesona Berkarakter
Pendidikan untuk Pesona Berkarakter. Kemuliaan derajat manusia tampak pada pandangan memahami pentingnya pendidikan. Sebagaimana ia menyetujui kalimat bijak bahwa agama menjadikan hidupnya terarah dan pendidikan membuat hidup lebih mudah. Memilih sekolah terbaik adalah upaya untuk menepati hak diri, dan aktualisasi. Salah satu upaya yang dilakukan adalah mempertimbangkan untuk masuk sekolah negeri, atau swasta.
Pendidikan swasta dan negeri, tampaknya selalu berasosiasi dengan kemampuan financial dan kualitas. Sementara, kita masih menjumpai banyak keadaan yang berbanding lurus antar kedua factor di atas. Sekolah dengan kualitas baik, maka membutuhkan dana yang tidak sedikit. Tak sedikit sekolah negeri yang mahal, tak jarang pula sekolah swasta yang membutuhkan anggaran lebih. Kemudian, apa perbedaan antara keduanya?
Ternyata, negeri dan swasta, tidak signifikan perbedaannya, manakala kita mendudukkan kembali hakikat seseorang menapak jenjang pendidikan, ia tidak semata-mata meraih ijazah dengan bukti tanda lulus lainnya, ia justru dihargai dengan predikat “terdidik” manakala ia lulus menjadi pondasi peradaban yang memberikan solusi pada masyarakat.
Aspek pembentukan karakter
Menempuh pendidikan baik di sekolah negeri maupun swasta adalah sebuah proses. Maka, dalam proses, setidaknya system yang dibangun mengembangkan empat aspek peradaban. Keempat aspek tersebut adalah etik, karakter, sains, dan estetik.
Etik, kita akan memposisikan di tempat pertama. Sebagian besar mengaitkan etik dengan akhlak atau karakter. Posisi prima ini memang penting bagi agen di sekolah, baik negeri maupun swasta. Agen yang berakhlak nantinya akan mentransfer nilai, internalisasi kebiasaan baik, dan berlanjut pada kepatutan yang mesti dilakukan secara institusional. Hal inilah yang membuat pribadi menjadi terarah.
Selanjutnya adalah sains, yakni seseorang mampu menyerap ilmu, menggagas ide baru, dan akhirnya memberi solusi. Semua lembaga pendidikan tidak menghendaki lulusan yang bermasalah, atau ilmu yang dipelajari tidak berfungsi. Melalui kolaborasi etik dan sains akan menghasilkan cendekia yang berkualitas. Melalui keduanya, hidup kita menjadi lebih mudah. Kita pun akan merasakan nikmat terdidik dengan adanya estetik. Seni budaya yang dipelajari di sekolah membmuat aktivitas di kehidupan kita menjadi lebih indah.
Tujuan di atas dapat dilakukan dimanapun, baik sekolah negeri maupun swasta. Prasyaratnya adalah peserta didik (input) harus melaksanakan system pendidikan (process) dengan sebaik-baiknya. Akhirnya, lulusan (Output) yang dihasilkannya berkualitas. Hal tersebut perlu dukungan dari berbagai pihak. Salah satunya orang tua, yang tetap membina karakter peserta didik disamping sekolah, yang memberikan prinsip dan nilai mengenai hakikat menempuh pendidikan. Sekali lagi, ternyata negeri dan swasta tidak signifikan perbedaannya jika kita memahami hakikat seseorang menempuh pendidikan.
Sebagai contoh adalah Input-Process-Output “Ninomiya Kinjiro”, tokoh yang menjadi legenda di Jepang. Moral Ninomiya Kinjiro merupakan nilai yang dimanfaatkan dalam praktek pendidikan untuk manusia utuh (the whole person). Dalam kisah ini, Kinjiro adalah anak dari keluarga miskin yang tekun. Dalam kesehariannya, ia mencari dan memanggul kayu bakar. Ia sangat miskin, sampai memasukkan kunang-kunang dalam botol sebagai penerangan saat belajar.
Semangat kesederhanaan dan etos kerja yang melekat sebagai input dari diri menjadikan ia berproses baik dalam system pengajaran di kehidupannya. Bagaimana outputnya? Kinjiro akhirnya berhasil mencapai ilmu tertinggi, dan mendapat gelar Samurai ketika dewasa.
Kesungguhan Kinjiro dalam belajar lalu diwujudkan dalam patung anak yang sedang asyik membaca sambil berjalan dan menggendong kayu bakar. Seperti yang kita ketahui di berbagai tempat untuk menimba ilmu di negeri Sakura. Patung tersebut didirikan di setiap sekolah di Jepang.
Kesungguhan Kinjiro dalam belajar lalu diwujudkan dalam patung anak yang sedang asyik membaca sambil berjalan dan menggendong kayu bakar. Seperti yang kita ketahui di berbagai tempat untuk menimba ilmu di negeri Sakura. Patung tersebut didirikan di setiap sekolah di Jepang.
Melalui ilustrasi diatas, kita dapat mengambil kesimpulan. Menempuh sekolah negeri atau swasta adalah sebuah proses. Hal yang penting saat ini adalah bagaimana cara peserta didik menjalani proses dengan baik untuk mencapai pesona yang berkarakter. Di manapun tempatnya, dengan input dan proses yang baik, maka istimewa pula output atau keluarannya. Semoga, seluruh sekolah yang dikembangkan di negeri ini mampu memupuk human investment, investasi yang dapat memecahkan berbagai masa depan.
by. Syam
by. Syam
Comments
Post a Comment