Seorang pekerja yang menyimpan laparnya

Ditikamkan rasa laparnya pada langit
Pada teriak yang terhunjam

Pada harap yang terputus di runcing tebing
Sekujur tubuhnya telah diranjam untuk kerja

Dengan upah yang tak seberapa
“aku telah kehilangan impian” gumamnya sendiri

Pada mulut yang terbungkam kehilangan cakap
Ia tidak dapat seperti Elang

Sebab hutan telah berubah menjadi sabana kota
Dan ia hanya membungkus tubuhnya

Dengan sisa kardus pabrik asap dalam liang pikirannya
Untuk meringkukkan paru-paru tuanya yang terselip di tulang iga

“tak ada kehidupan” gumamnya berkali seperti dzikir jelaga
Di runcing rahangnya sendiri.

by. Didiet

Comments

Popular posts from this blog

Pembelajaran IPS dengan pantun

Puntadewa

Yang menarik di obyek Wisata Waduk Gajahmungkur Wonogiri